Saturday, January 14, 2012

Bereksperimen dengan Bonggol Jagung



Bonggol jagung telah menjadi mesin uang Eddie. Dia kembali mencari peluang dari bahan baku lain.

Dengan kemauan, apapun bisa disulap menjadi uang. Ini yang dilakukan oleh Edie Juandie. Eksperimennya menjadikan bonggol jagung menjadi kerajinan yang bernilai tinggi.

Hobi membuat kerajinan dilakoni Edie sejak kuliah di Bandung. Namun, menjalani bisnis tersebut secara serius baru dilakoninya akhir-akhir ini. Sebelumnya, selama 16 tahun, Edie sibuk menjadi pegawai kantoran. Tahun 1983 hingga 1998 ia bergabung pada Grup Bakrie. Sambari bekerja, tahun 1995 ia membangun perusahaan. "Tahun 90-an saya sudah memiliki wartel dan punya karyawan hampir 100 orang," kisahnya.

Sayangnya, bisnisnya mengempis dan dia terpaksa menjual asetnya sedikit demi sedikit. Dana yang terkumpul ia gunakan untuk membuka workshop furniture kid, yakni berbagai interior anak. Hasilnya lumayan, bahkan Edie bisa mengekspor produknya hingga ke Itali dan Australia.

Belum genap dua tahun, bom Bali I memporak-porandakan usahanya. "Semuanya habis, buyer-buyer saya pun tewas menjadi korban. Ratusan juta dana yang harusnya saya dapatkan melayang begitu saja," kenang dia.

Edie bahkan sepat stroke. Namun semangat terus ditiupkan oleh istri dan keempat anaknya. Di awal 2003, Edie memutuskan untuk pulang ke Bogor dan memulai usaha membuat kaligrafi, karpet, dan interior rumah lainnya berbahan dasar kayu. 


Setahun kemudian, dia beranjak ke dunia organik industri kreatif yang tak disengajanya. Suatu hari, dia bersama teman-teman kuliahnya makan jagung di Lembang. Setelah melahap habis jagung bakarnya, Edie kemudian mengamati bonggol yang masih digenggamnya. "Dari situ saya terpikir untuk berkesperimen menghasilkan peluang baru," tuturnya bersemangat.

Dua malam ia memikirkan mau dijadikan apa bonggol tersebut. Tanpa perlu mengeluarkan rupiah untuk bahan baku, Ia pun mulai membuat lampu meja sederhana dari bonggol-bonggol jagung yang dikeringkan. 

Sambil terus bereksperimen, Edie melakukan uji pasar. Beberapa tahun dia hanya rutin mengikuti pameran tanpa menjual produknya. Sambil meneruskan eksperimen, Edie iseng-iseng menghampiri kantor Bank BNI di kota Bogor, untuk menanyakan informasi mengenai pinjaman UKM. 

Gayung bersambut. Usaha yang bernama Natural Handicraft Ethnic memperoleh pinjaman Rp 15 juta plus diikutsertakan dalam pelbagai pameran di dalam dan luar negeri. Dari pameran ke pameran, produknya mulai dikenal. 

Setelah berhasil dengan bonggol jagung, Edie mulai mencari bahan baku lain. "Saya akan coba bereksperimen dengan batang pohon singkong," bisiknya.



2 comments: