Thursday, May 17, 2012



Handycraft dari Limbah Bonggol Jagung

Ide kreatif membuat sesuatu dari bonggol jagung berawal dari ketidak sengajaan, saat Edie bersama rekan-rekannya usai bersantap jagung bakar.
“Saya sempat bertanya sama rekan-rekan saya, apa yang dapat dibuat dari sampah bonggol jagung ini,” katanya mulai bercerita saat ditemui Ibadahonliene di rumahnya di kawasan Kedung Halang, Bogor.
Tidak berhenti sampai disitu, rasa penasarannya membuat ia terus melakukan inovasi dan eksperimen dari bonggol jagung, hingga setahun kemudian dapat dihasilkan beragam asesoris perlengkapan interior rumah tangga dari bahan bongol jagung.
Melihat potensi dan respon pasar yang tinggi terhadap handycarft bonggol jagung, ia pun serius mengembangkan dan menciptakan beragam produk dari bonggol jagung, mulai dari kap lampu, tatakan gelas, tempat laptop, sktesel atau pemisah ruang, tempat tissue, kaligrafi dan beragam handycraft berbahan bonggol jagung yang terus ia ciptakan.
Bisa dibilang usaha handycraft miliknya saat itu terus berkembang, walau bahan-bahan dasar yang digunakan hanya kayu dan bahan sejenis.
Namun setelah menemukan bonggol jagung, Edie memilih mengganti bahan-bahan dasarnya dengan sampah organik ini.
“Saat ini saya juga tengah melakukan uji coba membuat handycraft dari biji salak dan batang pisang. Saya akan terus melakukan uji coba untuk lebih memberdayakan sampah-sampah organic,” kata pria berkacamata ini dengan penuh optimis.
Keberhasilannya dalam mengolah bonggol jagung, tidak lantas membuatnya sombong. Ia pun mau berbagi keahliannya untuk beberapa anak jalanan dan mengajarkan kepada anak-anak SMP. Serta memberikan pelatihan kepada ibu-ibu yang berada di sekitar wilayah Bogor.

Saturday, February 4, 2012




Neni/Radar Bogor KREATIVITAS: Warga belajar mengelola Bonggol Jagung menjadi kerajinan yang bernilai ekonomi tinggi.

Siapa menyangka, bonggol jagung yang dinilai sebagai sampah justru dimanfaatkan oleh Edie Juandi. Meski banyak yang mencela kerajinan bonggol jagung yang ia kerjakan, itu tak membuatnya gentar menciptakan kreasi tanpa batas.Laporan: Neni Ariani
Pengalamannya bekerja di perusahaan besar, menjadi pengajar dan penyuluh di bidang usaha kecil serta membuka usaha perangkat warung telekomunikasi, tak membuatnya berhenti berkarya dan berinovasi.

Kerajinan bonggol jagung pun dipilihnya karena dianggap bukan sekadar sampah. Namun, bisa diolah menjadi karya seni bernilai tinggi.
“Potensi limbah organik seperti bonggol jagung di Indonesia sangat besar, seperti di Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sumatera Barat, Lampung dan Gorontalo. Sayang jika komoditas ini tak dimanfaatkan,” papar ayah empat anak tersebut.

Dengan pengalaman lebih dari 15 tahun di bidang kerajinan, Edie terus mengembangkan ide agar bonggol jagung dapat dijadikan produk kerajinan. Bertempat di showroom miliknya, Jalan Pembangunan 2, Kelurahan Kedunghalang, Kota Bogor, Edie terus mengasah kreativitasnya.
Hasilnya, ia bisa menciptakan toples kue, tudung lampu hingga sketsel atau pembatas ruang. Setelah yakin dengan usahanya itu, ia mulai memberanikan diri untuk menjualnya.

Bahkan tak jarang ia mengikut­sertakan hasil kerajinannya dalam pameran di Jakarta Convention Center dan SMESCO. “Alh­amdu­lillah hasil kerajinan saya banyak peminatnya, saya jual mulai dari harga ratusan ribu hingga jutaan rupiah,” tambah Edie.

Kini ia tak hanya menekuni kerajinan bonggol jagung, namun juga menawarkan ilmunya dalam workshop. Lebih dari 16 kota di Indonesia telah dijelajahinya untuk men-share ilmu tersebut.
Selain itu, ia bekerjasama dengan pemerintah daerah dan perusahaan swasta hingga asing untuk membagikan ilmu mengenai pengolahan produknya.  Bahkan kini ia sedang mencoba membuat casing ipad atau tablet untuk merek perusahaan terkenal.(*)

Produk Unik Dari Bonggol Jagung




Marketing.co.id- Bonggol jagung mungkin dianggap limbah yang sudah tidak berguna bagi sebagian orang. Tapi dengan kreativitas yang mumpuni dari perajin Kedung Halang Bogor, bonggol jagung bisa diubah menjadi kerajinan yang mempunyai nilai jual tinggi. Dari bonggol janggung tersebut kita bisa menikmati karya seni dalam bentuk lampu hias, kap lampu, pembatas ruangan, dan anyaman tas.
Bonggol jagung itu diambil dari limbah yang ada di pasar. Proses pembuatannya cukup lama, mulai dari proses pengeringan sampaifinishing. Dengan proses yang panjang itu membutuhkan waktu sekitar dua sampai tiga bulan. Tidak itu saja, pengrajin juga diuji kesabaran yang tinggi untuk menghadirkan karya seni berkualitas.
Wajar saja jika harga yang ditawarkan cukup mahal, mulai dari puluhan ribu sampai jutaan rupiah. Harga yang harus dibayar konsumen ini juga sesuai dengan cukup rumitnya pembuatan dan lamanya waktu yang dibutukan selama proses pembuatan.
Industri kerajinan ini ternyata ikut membantu mengurangi limbah yang ada di pasar. Jika Anda mau belajar dan mau mencoba kreatifitas dari bonggol jagung ini Anda bisa datang ke alamat ini. Natural Handycraft Ethnic, Jl Pembangunan 2 No 42 Kedung Halang Bogor, Jawa-Barat.(Hernawan)

Saturday, January 14, 2012

Bereksperimen dengan Bonggol Jagung



Bonggol jagung telah menjadi mesin uang Eddie. Dia kembali mencari peluang dari bahan baku lain.

Dengan kemauan, apapun bisa disulap menjadi uang. Ini yang dilakukan oleh Edie Juandie. Eksperimennya menjadikan bonggol jagung menjadi kerajinan yang bernilai tinggi.

Hobi membuat kerajinan dilakoni Edie sejak kuliah di Bandung. Namun, menjalani bisnis tersebut secara serius baru dilakoninya akhir-akhir ini. Sebelumnya, selama 16 tahun, Edie sibuk menjadi pegawai kantoran. Tahun 1983 hingga 1998 ia bergabung pada Grup Bakrie. Sambari bekerja, tahun 1995 ia membangun perusahaan. "Tahun 90-an saya sudah memiliki wartel dan punya karyawan hampir 100 orang," kisahnya.

Sayangnya, bisnisnya mengempis dan dia terpaksa menjual asetnya sedikit demi sedikit. Dana yang terkumpul ia gunakan untuk membuka workshop furniture kid, yakni berbagai interior anak. Hasilnya lumayan, bahkan Edie bisa mengekspor produknya hingga ke Itali dan Australia.

Belum genap dua tahun, bom Bali I memporak-porandakan usahanya. "Semuanya habis, buyer-buyer saya pun tewas menjadi korban. Ratusan juta dana yang harusnya saya dapatkan melayang begitu saja," kenang dia.

Edie bahkan sepat stroke. Namun semangat terus ditiupkan oleh istri dan keempat anaknya. Di awal 2003, Edie memutuskan untuk pulang ke Bogor dan memulai usaha membuat kaligrafi, karpet, dan interior rumah lainnya berbahan dasar kayu. 


Setahun kemudian, dia beranjak ke dunia organik industri kreatif yang tak disengajanya. Suatu hari, dia bersama teman-teman kuliahnya makan jagung di Lembang. Setelah melahap habis jagung bakarnya, Edie kemudian mengamati bonggol yang masih digenggamnya. "Dari situ saya terpikir untuk berkesperimen menghasilkan peluang baru," tuturnya bersemangat.

Dua malam ia memikirkan mau dijadikan apa bonggol tersebut. Tanpa perlu mengeluarkan rupiah untuk bahan baku, Ia pun mulai membuat lampu meja sederhana dari bonggol-bonggol jagung yang dikeringkan. 

Sambil terus bereksperimen, Edie melakukan uji pasar. Beberapa tahun dia hanya rutin mengikuti pameran tanpa menjual produknya. Sambil meneruskan eksperimen, Edie iseng-iseng menghampiri kantor Bank BNI di kota Bogor, untuk menanyakan informasi mengenai pinjaman UKM. 

Gayung bersambut. Usaha yang bernama Natural Handicraft Ethnic memperoleh pinjaman Rp 15 juta plus diikutsertakan dalam pelbagai pameran di dalam dan luar negeri. Dari pameran ke pameran, produknya mulai dikenal. 

Setelah berhasil dengan bonggol jagung, Edie mulai mencari bahan baku lain. "Saya akan coba bereksperimen dengan batang pohon singkong," bisiknya.



Wednesday, January 11, 2012

Kerajinan Cantik Dari Bonggol Jagung


Selain dikenal sebagai kota hujan, Bogor merupakan kabupaten yang populer dengan beragam jenis produk asinannya. Mulai dari asinan buah, asinan sayur, sampai asinan jagung dapat Anda temukan di kota tersebut. Potensi inilah yang dimanfaatkan Eddie Juandi seorang pengrajin dari kabupaten Bogor, Jawa Barat. Bila masyarakat lainnya memanfaatkan asinan bogor sebagai peluang bisnis, lelaki paruh baya ini memanfaatkan limbah bonggol jagung yang diperolehnya dari sisa pembuatan asinan untuk memproduksi aneka macam kerajinan cantik.
Memiliki latar belakang sebagai pengrajin aneka kerajinan kayu, mendorong Eddie untuk berinovasi dengan menggunakan bahan-bahan lain. Melihat saat ini isu global warming sedang ramai dibicarakan masyarakat, hati Eddie pun tergerak untuk berinisiatif memanfaatkan limbah organik sebagai bahan baku utamanya dalam memproduksi beragam kerajinan. Sebab selain ramah lingkungan, limbah organik seperti bonggol jagung sangat mudah didapatkan di daerah Bogor. Sehingga Eddie tidak pernah kesulitan mendapatkan persediaan bahan baku untuk memproduksi karya-karyanya.
Berkat tangan kreatif Eddie, bonggol jagung yang tidak berguna kini berhasil disulap menjadi aneka kerajinan cantik yang memiliki nilai jual cukup tinggi. Misalnya saja seperti lampu hias, kap lampu, sketsel, tatakan gelas, tempat tisu, anyaman tas, serta masih banyak lagi produk unik lainnya. Dengan kreatifitas yang cukup tinggi, tidaklah heran bila harga produk kerajinan Eddie laku di pasaran dengan harga cukup mahal. Yaitu berkisar antara Rp 100.000,00 sampai dengan Rp 3.000.000,00, tergantung ukuran dan tingkat kesulitan masing-masing produk.

PROSES PRODUKSI KERAJINAN BONGGOL JAGUNG

Bertempat di showroom miliknya yang beralamatkan di Jalan Pembangunan 2 No. 42 Kedung Halang, Bogor, Jawa Barat. Setiap harinya Eddie memproduksi beragam jenis kerajinan setelah mendapatkan limbah bonggol jagung dari pasar-pasar tradisional yang ada di sekitar Bogor. Sesampainya di showroom, bonggol jagung tersebut pertama-tama dibersihkan terlebih dahulu kemudian dikeringkan. Setelah kering, Eddie menambahkan bahan pengawet khusus agar bahan bonggol jagung dapat bertahan lama.
Selanjutnya setelah bonggol jagung ditambahkan bahan pengawet, Eddie membentuk bonggol jagung menjadi lingkaran-lingkaran kecil dengan bantuan cetakan atau krom yang biasa digunakan sebagai cetakan kayu. Setelah bonggol jagung dicetak menjadi lingkaran-lingkaran kecil dengan berbagai ukuran, Eddie mulai menyusun lingkaran tersebut pada kreasi kerajinan yang telah dibentuknya, dengan menggunakan bantuan lem. Meskipun proses produksi kerajinan Eddie masih terbilang manual, namun hasilnya pun tidak kalah bagus dengan produk kerajinan buatan pabrik yang diproduksi dengan mesin-mesin modern.
Hal ini membuat Eddie semakin yakin bila produk kerajinan limbah bonggol jagung yang diproduksinya dapat diterima pasar dengan baik dan mimpi besarnya untuk mengekspor produk hingga mancanegara dapat segera tercapai. Semoga kreatifitas dan inovasi Eddie Juandi dalam menciptakan produk kerajinan unik dapat menjadi inspirasi bagi kita semua. Selamat berkarya, jangan pernah lelah mencoba dan salam sukses.